Nyeri
Definisi
Nyeri adalah rasa sensorik tidak nyaman dan pengalaman emosional yang berkaitan dengan kerusakan atau yang berpotensi untuk menimbulkan kerusakan jaringan atau yang dideskripsikan dengan suatu kerusakan. (International Association for the Study of Pain, 1986). Rasa nyeri selalu merupakan sesuatu yang bersifat subjektif. Setiap individu mempelajari nyeri melalui pengalaman yang berhubungan langsung dengan luka (injury), yang terjadi pada masa awal kehidupannya. Secara klinis, nyeri adalah apapun yang diungkapkan oleh pasien mengenai sesuatu yang dirasakannya sebagai suatu hal yang tidak menyenangkan / sangat mengganggu (Dharmady & Triyanto).
Ketika suatu jaringan mengalami cedera atau kerusakan,terjadi pelepasan bahan – bahan yang dapat merangsang reseptor nyeri seperti serotonin, histamin, ion kalium, bradikinin, prostaglandin, dan substansi P yang akan mengakibatkan respon nyeri (Kozier dkk). Nyeri juga dapat disebabkan oleh stimulus mekanik seperti pembengkakan jaringan yang menekan pada reseptor nyeri. (Taylor C. dkk).
Fisiologi
Reseptor nyeri adalah organ tubuh yang berfungsi untuk menerima rangsang nyeri. Organ tubuh yang berperan sebagai reseptor nyeri adalah ujung syaraf bebas dalam kulit yang berespon hanya terhadap stimulus kuat yang secara potensial merusak. Reseptor nyeri disebut juga nosireceptor, secara anatomis reseptor nyeri (nosireceptor) ada yang bermielien dan ada juga yang tidak bermielin dari syaraf perifer.
Berdasarkan letaknya, nosireseptor dapat dikelompokkan dalam beberapa bagian tubuh yaitu pada kulit (kutaneus), somatik dalam (deep somatic), dan pada daerah viseral, karena letaknya yang berbeda-beda inilah, nyeri yang timbul juga memiliki sensasi yang berbeda :
1. Nosireceptor kutaneus berasal dari kulit dan sub kutan, nyeri yang berasal dari daerah ini biasanya mudah untuk dialokasi dan didefinisikan. Reseptor jaringan kulit (kutaneus) terbagi dalam dua komponen yaitu :
a. Reseptor A delta (bermielin)
Merupakan serabut komponen cepat dengan diameter 2 – 5 mm dan kecepatan transmisi 12 – 30 m/det, memungkinkan timbulnya nyeri tajam yang akan cepat hilang apabila penyebab nyeri dihilangkan.
b. Serabut C (tidak bermielin)
Merupakan serabut komponen lambat dengan diameter 0,4 – 1,2 mm dan kecepatan transmisi 0,5 m/det, terdapat pada daerah yang lebih dalam, nyeri biasanya bersifat tumpul dan sulit dilokalisasi
2. Struktur reseptor nyeri somatik dalam meliputi reseptor nyeri yang terdapat pada tulang, pembuluh darah, syaraf, otot, dan jaringan penyangga lainnya. Karena struktur reseptornya kompleks, nyeri yang timbul merupakan nyeri yang tumpul dan sulit dilokalisasi.
3. Reseptor visceral : meliputi organ-organ dalam seperti jantung, hati, usus, ginjal dan sebagainya. Nyeri yang timbul pada reseptor ini biasanya tidak sensitif terhadap pemotongan organ, tetapi sangat sensitif terhadap penekanan, iskemia dan inflamasi.
Mekanisme nyeri terdiri dari beberapa tingkatan, yaitu transduksi, transmisi, modulasi, sensasi dan persepsi.
Transmisi nyeri dibawa oleh serabut A – delta maupun serabut C ke korda spinalis, serabut saraf aferen masuk ke dalam medulla spinalis lewat dorsal root dan sinaps dorsal horn yang terdiri dari lapisan (laminae) II dan III yang saling berkaitan membentuk daerah substansia gelatinosa (SG). Substansi P sebagai neurotransmitter utama dari impuls nyeri dilepaskan oleh sinaps dari substansia gelatinosa. Impuls nyeri berjalan melalui medulla spinalis dan diteruskan ke jalur spinalis asendens yang utama yaitu tractus spinothalamicus dan tractus spinoreticularis yang menunjukkan sistem diskriminatif dan membawa informasi mengenai jenis dan lokasi dari rangsang nyeri ke thalamus dan kemudian diteruskan ke korteks serebri untuk diinterprestasikan, sedangkan impuls yang melewati tractus spinoreticularis diteruskan ke batang otak dan mengaktifkan respon otonomik dari sistem limbik (motivational effective).
Penatalaksanaan
1. Tindakan Farmakologis :
a. Analgesik Narkotik
b. Analgesik Lokal
c. Anti Inflamasi Non Steroid.
2. Tindakan Non Farmakologis :
a. Penanganan fisik / stimulasi fisik meliputi :
· Stimulasi kulit
· Stimulasi elektrik (TENS)
· Akupunktur
· Plasebo
b. Intervensi perilaku kognitif meliputi :
· Relaksasi
· Hypnosis
· Umpan balik biologis
· Distraksi
· Imajinasi terbimbing
Mekanisme kerja akupunktur
Mekanisme kerja Akupunktur dalam mengatasi nyeri dibagi dalam 2 kelompok, yaitu Akupunktur Segmental dan Akupunktur Heterosegmental. Pada Akupunktur Segmental, penusukan kulit oleh jarum Akupunktur merangsang serabut saraf aferen A ð yang mana akan diteruskan baik ke marginal cell maupun ke enkephalinergic stalked cell. Dari marginal cell rangsang diteruskan ke otak melalui tractus spinothalamicus yang membawa informasi tentang penusukan jarum sehingga nyeri tersebut dapat disadari. Dari enkephalinergic stalked cell dikeluarkan enkephalins yang menghambat substansia gelatinosa cell yang mana mencegah penyaluran informasi rangsang nyeri tersebut lebih lanjut ke otak.
Sedangkan pada Akupunktur Heterosegmental rangsangan berupa penusukan jarum akupunktur dibawa naik dari marginal cell menuju nucleus ventro posterior lateralis thalamus, dimana ia diproyeksikan ke cortex dan menjadi disadari ; tetapi pada midbrain, axon axon ini membuat kolateral ke periaqueductal grey matter. Periaqueductal grey matter berproyeksi ke bawah menuju nucleus raphe magnus pada bagian tengah dari Medulla Oblongata, dan selanjutnya mengirimkan serat seratonergic (5HT) ke stalked cell. Selanjutnya menghambat substantia gelatinosa cells dengan mekanisme enkephalinergic sehingga mencegah informasi nyeri tiba di wide dynamic range cells yang berada dalam bagian abu abu dari Medulla Spinalis, yang mengirim axon axonnya menuju otak. Periaqueductal grey matter juga dipengaruhi oleh opioid endorphinergic fibres yang turun dari hipothalamus, dimana hipothalamus menerima proyeksi dari cortex prefrontal. Sedangkan mekanisme Akupunktur adrenergic dapat dijelaskan sebagai berikut. Marginal cell diaktivasi oleh reseptor tusukan A ð, di samping ke nucleus ventral posterior lateral juga ke periaqueductal grey matter. Selain melalui nucleus raphe magnus juga ke nucleus raphe gigantocellularis. Nucleus raphe gigantocellularis melalui axon noradrenergic ( NAD ) pada funiculus dorsolateralis menuju Stalked cell yang selanjutnya menghambat substantia gelatinosa cells dengan mekanisme enkephalinergic. Di samping itu dari tractus Spinothalamicus juga mengirim cabang cabang axon ke daerah daerah sebagai berikut :
a. Subnucleus reticularis dorsalis pada medulla oblongata bagian caudal. Proyeksi proyeksi descending dari struktur ini menginhibisi informasi yang dibangkitkan oleh rangsang nyeri yang tiba di medulla spinalis pada C nociceptor.
b. Nucleus paragigantocellularis lateralis yang mana secara tidak langsung (mungkin melalui locus coeruleus) menginhibisi tingkat medulla spinalis yang dimediasi oleh noradrenergic.
c. Locus coeruleus pada sambugan medulla oblongata dengan pons. Axon axon nor adrenergic ini secara langsung menghambat neuron neuron spinal ini, yang mana neuron neuron ini mempunyai hubungan sinaptik.